Saturday, June 25, 2016

Resolusi 2014: Mendukung Upaya Danau Toba Menjadi Geopark Kaldera UNESCO

Geopark Kaldera Toba
Danau Toba


Siapa yang tidak kenal Danau Toba? Danau terindah yang dimiliki oleh Indonesia ini telah mendunia namanya, Danau terbesar di ASEAN ini terletak di Sumatera Utara – sekitar 176 km ke barat dari Medan, adalah Danau yang terbentuk dari hasil volcano tektonik terbesar di dunia. Tahukah Anda, panjang Danau ini sekitar 87 km dari barat daya ke tenggara, lebarnya sekitar 27 km, dengan ketinggian sekitar 904 meter di atas permukaan laut dan kedalaman maksimal, diperkirakan, ini masih perkiraan para peneliti (belum ada sumber resmi yang menyatakan kedalaman Danau ini secara pasti) sekitar 505 meter, inilah keajaiban Danau Toba yang sangat melegenda dan sanggup menghidupi tujuh kabupaten/kota di Sumatera Utara. Jutaan Penduduk dari tujuh kabupaten/kota ini sangat bergantung dari Danau Toba.

Latar Belakang Danau Toba Menjadi Geopark

Jadi, tidak salah jika Danau Toba ini dilestarikan dan dijaga keutuhannya agar menjadi asset penting bagi generasi-generasi berikutnya. Tidak ada ciptaan Tuhan yang seunik, seindah dan semegah Danau Toba, seharusnya masyarakat Sumatera Utara khususnya tujuh kabupaten/kota yang dikelilingi oleh Danau ini bersama-sama untuk melestarikan dan menjadikan Danau Toba ini menjadi Geopark Kaldera dan pusat kebudayaan Bangsa Batak yang harus dijual dan diperkenalkan ke dunia internasional.

Geopark Kaldera? Mungkin teman-teman masih bingung dengan istilah ini. Istilah Geopark (Taman Bumi) adalah sebuah konsep manajemen sumber daya keragaman bumi (geodiversity) yang mencakup empat hal, yaitu: letak Geografis (geologis, sejarah terbentuknya Danau Toba), Biologi (hewan dan tumbuh-tumbuhan / flora dan fauna, termasuk herbal atau obat-obatan dari tumbuh-tumbuhan sekitar Danau Toba, kehidupan dan kebiasaan masyarakat sekitar Danau Toba serta Kebudayaan Bangsa Batak yang telah mendunia). Sementara Kaldera adalah Kawah Danau Toba yang terbentuk dan di isi oleh air akibat meletusnya Gunung Toba yang menurut sejarah adalah Gunung Toba Purba yang mengalami letusan sebanyak tiga kali. Hasil letusan gunung dasyat yang terjadi sekitar 75.000 tahun yang lalulah yang membentuk Danau Toba seperti sekarang ini.

Jadi sangat tepat jika Danau Toba didaftarkan di jaringan Geopark dunia dibawah label UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization) dan PBB, sehingga nantinya Danau Toba ini menjadi pusat perhatian dunia dan menjadi objek wisata dunia yang tentunya akan meningkatkan taraf hidup masyarakat Danau Toba. Pemerintah juga telah mendukung langkah menjadikan Danau Toba menjadi Geopark Kaldera lewat SK Gubsu Nomor 188.44/404/KPTS/2013, tertanggal 26 Juni 2013 yang intinya mendukung percepatan pengajuan Geopark Kaldera Toba. Juga disampaikan oleh Bang Hinca Panjaitan ketika mengadakan pesta tor-tor di Ruma Hela, sebuah situs baru budaya Batak yang dibangun bersama-sama dengan masyarakat sekitar, sangat bertekad bahwa tahun 2014, Danau Toba harus menjadi Geopark Kaldera dibawah naungan UNESCO sehingga Danau Toba dan Kebudayaan Bangsa Batak dikenal dunia internasional.

Namun, lebih lanjut oleh Bang Hinca yang juga merupakan Penasehat Presiden SBY ini, sangat dibutuhkan dukungan dari setiap orang Batak yang ada di seluruh dunia, termasuk oleh penduduk setempat, misalnya harus melestarikan budaya-budaya Batak yang mulai pudar, seperti: ULOS, harus dikembangkan tenunan Ulos baik kualitas maupun desainnya, Gondang Batak yang sangat masyur itu, seperti: Suling, Garantung, Gondang, Kecapi (hasapi), Gong (Ogung), Sarune yang dipadukan menghasilkan Gondang khas Batak, juga kebudayaan dalam memuji sang Pencipta lewat upacara-upacara yang bila dilakukan dengan baik akan lebih dasyat, melebihi upacara-upacara ala Bali.

Bayangkan saja, untuk mendaki dan mencapai Ruma Hela yang berada di pertengahan antara Pusuk Buhit dengan Kampung Sianjur Mula-Mula yang bernama Paska, dibutuhkan tenaga dan stamina prima, untuk kami membawa minuman berenergi yang pilihan kami jatuh ke Kratingdaeng, Gondang satu malaman juga tidak ngantuk berkat Kratingdaeng yang kami konsumsi, bahkan oleh masyarakat setempat, Kratingdaeng ini dicampur dengan Tuak khas Batak, wah..wahh,,setelah saya coba satu teguk, hmm sungguh luar biasa dan saya mampu manortor satu malaman, bisa dibayangkan dari jam 6 sore sampai jam 4 pagi subuhnya, Gondang dan kami yang merayakan pesta adat kebudayaan sanggup menyelesaikan pesta dengan baik.

Tekad Kuat Untuk Danau Toba

Tanggal 23 Desember 2013, kami beserta Bang Hinca Panjaitan dan ratusan keluarga yang mengikuti acara adat Batak menghormati leluhur (“Sahala”) Oppung-Oppung Raja Batak yang mendiami Danau Toba bertekad untuk menjadikan Danau Toba menjadi Geopark Kaldera pertama di Indonesia bahkan di dunia Internasional, karena kita memiliki syarat-syarat yang distandardkan oleh PBB lewat UNESCO. Mimpi menjadikan Danau Toba bagian dari Geopark Global Network (GGN) harus direalisasikan, sebab sudah saatnya kehidupan di Samosir dan sekitarnya harus ditingkatkan dan makmur dengan mengharmoniskan kehidupan dengan cara adanya konservasi dan peningkatan pendapatan dari Pariwisata, sebab dengan mengembangkan Pariwisatalah maka kehidupan di Samosir dan sekitarnya dapat meningkat. Lebih lanjut menurut Bang Hinca, tidak ada alasan lain, sebab Bandara Internasional Kuala Namu telah lebih dekat ke Samosir, Para turis sudah lebih dekat ke Sumatera Utara.

Tinggal bagaimana Pemerintah membangun jalur transportasi yang lebih bagus dan lebih dekat ke daerah Tapanuli. Didalam hati kecil saya, saya juga akan bertekad memperkenalkan dan mendukung Danau Toba menjadi Geopark Kaldera Toba lewat media sosial, melihat keindahan Danau Toba dan luasnya, tidak lelah memang dan sangat penasaran untuk menjelajahi dan menaklukkan dolok-dolok (bukit-bukit) Danau Toba, khususnya tempat yang paling sacral menurut Bangsa Batak, Dolok Pusuk Buhit dan daerah asal mula penciptaan Raja Batak yaitu Sianjur Mula-Mula.

Mencari dan Menggali Situs-Situs Budaya Batak

Ini adalah Kilometer Nol menuju Geopark Kaldera Toba oleh UNESCO, janji Bang Hinca dan masyarakat yang ikut dalam pesta besar adat Batak. Menelusuri dan mencari situs-situs Bangsa Batak di sekitar Danau Toba tidaklah mudah, dibutuhkan tenaga dan dana yang besar, misalnya Ruma Hela dengan segala keunikannya telah membuka mata batin dan mata nyata kami betapa dasyatnya Budaya Batak. Sejauh ini menurut Bang Hinca, baru ada 175 situs budaya Batak yang telah ditemukan, padahal menurut “Sahala” Oppung yang datang dan masuk ketubuh orang yang diinginkannya mengatakan bahwa di Danau Toba dan sekitarnya ada kurang lebih 700 situs Budaya Batak yang perlu ditemukan, dikelola dan dijaga dengan baik, wah masih banyak Pekerjaan Rumah yang harus diselesaikan agar nantinya Geopark Kaldera Toba dapat dijadikan sebagai: Pusat Konservasi (perlindungan) dan pelestarian alam Danau Toba, Pusat Pendidikan dan Penelitian (Edukasi dan Riset) Flora dan Fauna maupun Danau Toba itu sendiri, dan Aspek Ekonomi, dimana taraf hidup dan tingkat pendidikan penduduk maupun masyarakat Danau Toba dan sekitarnya meningkat jauh.

Kita tidak boleh kalah dengan negeri tetangga Malaysia, dulu sebelum Langkawi Geopark ditetapkan, Malaysia itu tidak ada apa-apanya dibidang pariwisata, namun sekarang? Malaysia sudah lebih maju 10 kali lipat dari Indonesia. Jadi, mari kita dukung Danau Toba sebagai Geopark Kaldera Toba untuk meningkatkan kesejahteraan dan keagungan Indonesia di dunia Internasional, mana dukungan Anda….?

Sumber: http://wisata.kompasiana.com


EmoticonEmoticon